Kambing Hitam: Di Antara Sebab dan Alasan

Posted on

Terinspirasi tulisan Abah Karyadi (Ketua DMW Hidayatullah DKI Jakarta) di WA grup dan percakapan terakhir dengan beliau ketiak acara lailatul ijtima’, di Pondok Asshabul Kahfi Bekasi (26-27/07/24).

Bahwa dalam perjalanan kehidupan, setiap orang menghadapi momen di mana kesalahan atau kegagalan tidak dapat dihindari, sebutlah peristiwa. Cara kita menanggapi situasi peristiwa ini sering kali menentukan bagaimana kita berkembang dan belajar.

Sebisa saya menangkap dari penyampaian Abah bahwa peristiwa itu netral, adalah pendekatan kita yang menjadikannya positif atau negatif: mengakui kesalahan dan bertanggung jawab, sikap positif, atau mencari kambing hitam untuk menyalahkan pihak lain, respon negatif.

Mengulang kisah yang pernah Abah tulis di WA grup, Pelajaran ketika Nabi Adam dan Hawa jatuh dalam dosa, mereka tidak mencari kambing hitam untuk menyalahkan iblis.

Sebaliknya, mereka menunjukkan sikap penuh tanggung jawab dengan mengakui kesalahan mereka dan siap untuk berubah, seperti yang tercantum dalam Al-Qur’an:

“Keduanya berkata, ‘Ya Tuhan kami, kami telah menganiaya diri kami sendiri. Dan jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, niscaya kami termasuk orang-orang yang rugi.'” (QS. Al-A’raf: 23).

Tindakan mereka mencerminkan sikap introspektif dan keinginan untuk memperbaiki diri, daripada menyalahkan pihak luar.

Namun, sering kali kita malah melihat bahwa anak cucu Nabi Adam—dan kita sendiri—cenderung mencari kambing hitam ketika menghadapi kesalahan atau kegagalan.

Alih-alih mengakui dan belajar dari kesalahan, banyak dari kita lebih memilih untuk menyalahkan situasi, lingkungan, atau orang lain.

Padahal, setiap individu tetap bertanggung jawab atas keputusannya sendiri, seperti yang ditekankan dalam Al-Qur’an: “Apa saja nikmat yang kamu peroleh adalah dari Allah, dan apa saja bencana yang menimpamu, maka dari (kesalahan) dirimu sendiri….(An-Nisa’ Ayat 79).

Ini menegaskan bahwa setiap orang memiliki tanggung jawab pribadi. Tentang ayat ini ibnu Taimiyah dalam kitabnya Al-hasanah wa Sayyiah mengupas tuntas bahwa segala keburukan (kegagalan, sesuatu yang tidak menyenangkan), terlebih kesalahan adalah dari manusia sendiri. Itulah mengapa introspeksi, muhasabah, evaluasi dan taubat menjadi penting bagi individu yang menghendaki perbaikan, istiqamah di jalan yang benar.

Philip Crosby, seorang pakar manajemen kualitas, menyatakan bahwa “Kualitas adalah gratis. Saat Anda melakukan pekerjaan dengan benar, Anda tidak hanya menghindari biaya perbaikan tetapi juga meningkatkan efisiensi dan moral” (Crosby, 1979).

Crosby menekankan bahwa fokus pada kualitas dan tanggung jawab pribadi dapat mencegah kesalahan dan masalah yang lebih besar dan memperbaiki hasil keseluruhan.

James Clear, dalam bukunya Atomic Habits, menambahkan, “Sistem yang baik mengatasi masalah, bukan hanya mencari alasan” (Clear, 2018). Pernyataan ini menyoroti pentingnya membangun sistem yang memungkinkan identifikasi dan penyelesaian masalah secara mendalam, dari pada hanya mencari pelarian sebuah kesalahan.

Memahami Sebab dan Alasan
Dalam praktik manajerial dan kehidupan sehari-hari, memahami antara mencari sebab dan mencari alasan sangat penting.

Mencari sebab melibatkan analisis mendalam untuk memahami akar masalah secara objektif, sementara mencari alasan sering kali melibatkan penjelasan yang kurang mendalam, cenderung mengada, kurang objektif dan akhirnya mengarah pada penunjukan kambing hitam.

Untuk menghindari hal ini, penting untuk menerapkan pendekatan yang konstruktif dan transparan dalam analisis masalah dari setiap menghadapi peristiwa.

Langkah-langkah untuk menghindari penunjukan kambing hitam meliputi komunikasi yang jelas tentang tujuan analisis, penggunaan data dan fakta yang objektif, keterlibatan semua pihak terkait, dan fokus pada solusi daripada pada kesalahan individu, ahsanu ‘amalan.

Dengan pendekatan ini, kita dapat mengatasi masalah dengan cara yang lebih efektif dan membangun lingkungan yang lebih adil, sehat serta produktif.

Memahami antara mencari sebab dan alasan, serta bagaimana kambing hitam berperan dalam dinamika ini, dapat membantu kita mengadopsi sikap yang lebih bertanggung jawab dan produktif.

Dengan menerapkan pelajaran dari waktu yang terlewati dan mengelaborasi prinsip manajemen modern, kita dapat lebih baik menghadapi tantangan, berani belajar dari kesalahan, dan terus berkembang sebagai individu dan organisasi.

Biarlah kambing hitam sebagai hewan, jangan bebankan ia dengan permasalahan yang ia sendiri tak memahami. Ketika kita lebih mengedepankan mencari sebab dari mencari alasan adalah lebih memberi arti dan menghantarkan pada perubahan dan perbaikan.

Visited 18 times, 1 visit(s) today