Pendidikan di Luar Kepala

Posted on

Pernahkah kita berpikir, dari mana sebenarnya kita belajar paling banyak? Di sekolah, tentu saja—begitu jawabannya.

Di sekolah tempat kita menghabiskan tahun demi tahun, duduk di bangku, menatap papan tulis, dan menyimak guru menjelaskan pelajaran.

Coba renungkan sejenak, berapa banyak dari semua itu yang benar-benar melekat di benak kita?

Mungkin, beberapa dari kita akan mengingat rumus-rumus matematika, definisi sains, atau fakta sejarah.

Tapi mari menengok berapa banyak yang kita ingat dari pelajaran yang tidak pernah diajarkan secara formal?

Misalnya, saat kita pertama kali menyadari bahwa menghormati orang lain lebih penting daripada selalu merasa benar, atau saat kita mengerti bahwa kegagalan adalah bagian dari proses belajar.

Pelajaran seperti ini sering kali kita dapatkan bukan di dalam kepala—melalui hafalan dan ujian—tetapi di luar kepala, melalui pengalaman hidup.

Bayangkan ini: seorang anak kecil yang belajar bahwa hujan bisa membawa kebahagiaan bukan karena dia membaca buku tentang cuaca, tetapi karena dia bermain di genangan air saat hujan turun.

Atau, seorang remaja yang menyadari pentingnya tanggung jawab bukan dari ceramah panjang lebar, tetapi dari rasa bersalah setelah lupa mengurus tanaman kesayangannya hingga layu.

Semua itu adalah bentuk pendidikan yang sering kita abaikan, padahal dampaknya bisa sangat besar.

Saya pernah mendengar cerita dari seorang teman. Ia bukan orang yang sangat berprestasi di sekolah, tapi ketika ditanya soal hidup, ia bisa memberi nasihat yang sangat bijak.

Ternyata, pelajaran hidupnya didapat dari pengalaman bekerja sejak usia muda, berinteraksi dengan berbagai macam orang, dan melihat dunia dari sudut yang berbeda.

Saya belajar banyak dari orang-orang yang tidak pernah duduk di bangku sekolah, tapi punya kebijaksanaan yang tak ternilai,” katanya.

Di sisi lain, kita sering kali terjebak dalam pandangan bahwa belajar itu harus formal, terstruktur, dan terikat aturan.

Kita lupa bahwa pendidikan adalah proses alami yang terjadi sepanjang waktu. Kadang-kadang, pelajaran terpenting datang dari tempat yang paling tidak terduga—dari percakapan sederhana dengan seseorang di halte bus, teman sebangku di dalam gerbong kereta api, dari kesalahan yang kita buat dan kemudian kita sesali, atau dari sekadar mengamati alam di sekitar kita.

Pelajaran itu datang dari luar kepala, dari kehidupan nyata yang penuh warna. “Education is not preparation for life; education is life itself.” ungkap John Dewey.

Mungkin, inilah saatnya kita mulai membuka pikiran dan menyadari bahwa pendidikan tidak harus selalu terjadi di dalam kepala. Ia bisa saja ada di luar kepala, bersembunyi di balik momen-momen kecil yang sering kita abaikan.

Ketika tiba saat kita merasa terlalu sibuk atau terbebani oleh teori dan hafalan —di dalam kepala–, cobalah lihat ke sekitar. Siapa tahu, ada pelajaran berharga yang menunggu untuk kita temukan—di luar kepala.—

Visited 27 times, 1 visit(s) today