“Jangan Sekali-kali Melupakan Sejarah,” atau yang sering disingkat dengan “Jasmerah,” adalah slogan yang populer di Indonesia, dipopulerkan oleh Presiden pertama Republik Indonesia, Ir. Soekarno.
Slogan ini mengingatkan kita akan pentingnya sejarah sebagai panduan dalam menjalani kehidupan, agar kita tidak terjerumus dalam kesalahan yang sama yang pernah terjadi di masa lalu.
Lantas ada hubungan apa slogan “Jasmerah” dengan Surat Al-Fatihah ? tentu saja ini bukan tafsir hanya sebuah tadabbur penulis, bukankah kita diperintahkan Allah untuk mentadaburi ayat-ayatNya?
Dalam konteks Islam, pengingat dalam slogan ini sangat relevan, terutama ketika kita menelusuri bagaimana sejarah menjadi bagian integral dari ibadah harian seorang Muslim.
Salah satunya adalah melalui pengulangan bacaan surat Al-Fatihah dalam 17 rakaat shalat sehari semalam, di mana umat Islam secara simbolis dan praktis diajak untuk selalu mengingat jalan hidup para pendahulu yang diridhai Allah serta menghindari jalan mereka yang dimurkai.
Setiap hari, seorang Muslim mengulang bacaan surat Al-Fatihah setidaknya 17 kali dalam shalat wajib. Al-Fatihah bukan hanya sekadar bacan wajib dalam shalat, tetapi juga sebuah pengingat esensial akan jalan hidup yang benar, yang telah ditempuh oleh orang-orang yang beriman sebelum kita.
Ayat ke-6 dan ke-7 dari Al-Fatihah berbunyi, “Tunjukilah kami jalan yang lurus, (yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat; bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat.”
Ayat ini secara langsung merujuk pada sejarah umat-umat terdahulu, memberikan pesan kuat agar umat Islam selalu mengingat sejarah dan menjadikannya sebagai panduan dalam kehidupan.
Dengan mengulang ayat ini dalam setiap rakaat, seorang Muslim diingatkan berulang kali tentang pentingnya mengambil pelajaran dari sejarah untuk menentukan arah hidup dan menjaga keimanan mereka tetap kokoh.
Pengulangan Sebagai Penguatan Memori Kolektif
Sejarah bukan hanya sekadar catatan peristiwa, tetapi juga bagian dari identitas umat Islam. Pengulangan bacaan Al-Fatihah dalam ibadah harian berfungsi sebagai alat untuk memperkuat ingatan kolektif umat tentang peristiwa-peristiwa penting dalam sejarah Islam.
Pengulangan ayat-ayat dalam Al-Quran biasa kita menemukan terlebih berkenaan dengan sejarah umat-umat terdahulu adalah sebagai penguat ingatan untuk menjadi pelajaran umat-umat berikutnya.
Semua ini adalah cara untuk menanamkan pesan-pesan sejarah ini ke dalam hati setiap Muslim, agar mereka selalu terhubung dengan masa lalu dan tidak terpengaruh oleh tantangan zaman modern yang dapat mengaburkan nilai-nilai keimanan.
Sejarah Sebagai Penuntun Moral dan Etika
Setiap kali seorang Muslim membaca Al-Fatihah, mereka secara tidak langsung merenungkan jalan hidup para nabi dan orang-orang saleh yang telah menunjukkan ketakwaan yang tinggi. Sejarah mereka memberikan panduan moral dan etika yang harus diikuti oleh umat Islam.
Dalam konteks ini, pengulangan Al-Fatihah berfungsi tidak hanya sebagai pengingat, tetapi juga sebagai penuntun konkret dalam kehidupan sehari-hari.
Pengulangan ini menggarisbawahi pentingnya meneladani kehidupan para nabi dan sahabat, yang telah membuktikan ketakwaan dan keimanan mereka melalui sejarah panjang perjuangan mereka di jalan Allah.
Dengan begitu, setiap tindakan dan keputusan yang diambil seorang Muslim seharusnya selalu diukur dengan nilai-nilai sejarah yang telah terbukti membawa keselamatan.
Pembelajaran Sejarah sebagai Pencegahan
Sejarah memberikan pelajaran berharga tentang akibat dari penyimpangan dari jalan yang benar. Dengan mengingat kembali peristiwa-peristiwa penting dalam sejarah Islam melalui ibadah harian, umat Islam diperingatkan untuk tidak mengulangi kesalahan yang dilakukan oleh umat-umat terdahulu.
Pengulangan dalam shalat membantu memperkuat komitmen untuk tetap berada di jalan yang diridhai Allah dan menghindari jalan mereka yang telah dimurkai.
Ibnu Khaldun, seorang sejarawan Muslim, dalam Muqaddimah menekankan bahwa sejarah adalah alat penting untuk memahami sebab-akibat dalam kehidupan sosial dan politik.
Dengan mengingat sejarah dalam setiap rakaat shalat, umat Islam diperingatkan secara konstan untuk tetap berpegang teguh pada ajaran agama dan tidak terjerumus dalam kesalahan yang telah dilakukan oleh umat terdahulu.
Jasmerah dalam Shalat sebagai Pengingat Harian
Mengulang bacaan Al-Fatihah dalam 17 rakaat sehari bukan hanya ritual semata, tetapi juga sebuah cara untuk memastikan bahwa umat Islam tidak melupakan sejarah mereka.
Sejarah yang diingat dalam setiap rakaat adalah cerminan dari komitmen umat untuk tetap berada di jalan yang lurus dan tidak menyimpang dari ajaran yang telah ditetapkan oleh Allah.
Sejarah menjadi bagian tak terpisahkan dari praktik ketakwaan harian, menjaga umat Islam tetap terhubung dengan masa lalu mereka dan memastikan mereka tidak terjerumus ke dalam kesalahan yang sama seperti yang terjadi di masa lalu.
Dengan pengulangan yang konstan ini, sejarah menjadi bagian integral dari kehidupan spiritual seorang Muslim, yang mengingatkan mereka akan pentingnya untuk selalu mengingat dan belajar dari masa lalu.
Ini adalah salah satu bentuk implementasi dari Jasmerah dalam konteks ibadah, di mana ingatan kolektif tentang sejarah umat Islam dihidupkan kembali setiap hari, memastikan bahwa umat Islam selalu berada dalam kesadaran akan perjalanan spiritual mereka yang panjang dan penuh tantangan, tetapi dengan janji Allah tentang pahala yang besar bagi mereka yang tetap setia kepada jalan-Nya.
Setiap hari, dalam 17 rakaat shalat wajib yang dilaksanakan oleh seorang Muslim, terdapat pengulangan bacaan surat Al-Fatihah. Surat ini bukan hanya sebagai pembuka bacaan shalat yang wajib, tetapi juga merupakan pengingat esensial tentang jalan hidup yang benar yang telah ditempuh oleh orang-orang yang saleh dan diridhai Allah, serta peringatan terhadap jalan mereka yang dimurkai.
WaAllahu ‘alamu