Refleksi dari Video hingga Tragedi: Ketika Peran Menagih Keahlian

Posted on

Sebuah video beredar di grup WhatsApp yang penulis ada di dalamnya. Tampak suguhan bukan hanya tontonan tapi pembelajaran hebat dari seorang juru sembelih —yang kebetulan penulis kenal dekat, Ustadz Nanang Hanani, Direktur LSH Hidayatullah— tengah menunaikan tugasnya menyembelih hewan qurban dengan sangat tenang, cekatan, dan penuh ketelitian.

Dalam bingkai video yang sempat diabadikan ke dalam foto, ia tampak membungkuk di sisi tubuh hewan sembelihan, dengan tangan kanan sigap memotong, sementara tangan kiri tidak turut membantu—seolah semua beban ditopang oleh satu sisi yang sudah sangat terlatih. “Lepas tangan,” kata anak-anak biker menyebutnya—kemampuan kontrol total yang hanya dimiliki oleh mereka yang benar-benar menguasai medan.

Di sekelilingnya, beberapa orang tampak turut membantu menahan hewan qurban, namun pusat perhatian tetap tertuju pada sang ustadz, pendiri Lembaga Sembelih Halal ini. Gerakannya presisi, tanpa ragu, tanpa suara gaduh. Tidak tampak darah tercecer sembarangan, tidak ada kepanikan. Bahkan hewan yang disembelih pun nyaris tak meronta, seolah memahami dirinya sedang menjalankan takdir dalam ibadah.

Prosesi penyembelihan berlangsung dalam suasana khidmat. Pemandangan itu menimbulkan kesan mendalam: jika suatu urusan diserahkan kepada ahlinya, maka ibadah hingga muamalah pun terasa begitu indah dan penuh keberkahan.

Namun, di balik kekhidmatan yang terekam dalam video tersebut, ingatan penulis justru tertarik pada satu peristiwa tragis di kampung mertua, jauh di KM 45, perlintasan Balikpapan–Samarinda. Sebuah kisah nyata yang terjadi pada Hari Raya Idul Adha beberapa tahun lalu: seekor kerbau besar yang hendak disembelih mengamuk hebat.

Dalam suasana ramai dan penuh semangat gotong-royong, hewan itu melepaskan diri dan menanduk sang jagal dengan kekuatan yang menghancurkan. Tanduknya menembus bagian perut sang juru sembelih, hingga ia meregang nyawa di tempat. Suasana haru qurban seketika berubah menjadi duka mendalam. Sang jagal bukan hanya menjadi pelaksana ibadah qurban—ia menjadi “kurban” itu sendiri.

Baca :  Hadirnya Taufik pada Peristiwa: Persuaan Persepsi Diri dan Kehendak Ilahi

Tragedi sebagai Cermin Gagalnya Penempatan SDM

Kisah tersebut tidak hanya layak dikenang sebagai musibah, melainkan juga sebagai bahan renungan kolektif. Ia menyiratkan betapa pentingnya menempatkan seseorang yang tepat dalam tugas yang sesuai dengan kapasitas dan keahliannya.

Dalam manajemen organisasi, hal ini dikenal sebagai prinsip dasar Manajemen Sumber Daya Manusia (MSDM): the right man on the right job at the right time (Mathis & Jackson, 2011).

Penyembelihan hewan qurban, meski kerap dianggap tugas rutin, sejatinya memiliki risiko tinggi yang memerlukan keterampilan teknis dan kesiapan mental. Ketika tugas seperti ini dipercayakan kepada orang yang kurang kompeten atau tidak terlatih, maka hasilnya bisa berujung petaka, bukan hanya kegagalan ibadah.

Merit Sistem dan Pembelajaran Diri dan Organisasi

Dalam dunia kerja modern, sistem merit menjadi standar dalam rekrutmen dan penempatan tenaga kerja. Prinsip ini mengedepankan kualifikasi, kompetensi, dan pengalaman sebagai dasar utama pengambilan keputusan—bukan kedekatan pribadi atau sekadar ketersediaan tenaga (Dessler, 2020). Sayangnya, dalam banyak konteks sosial-keagamaan, praktik seperti ini belum sepenuhnya diterapkan.

Kegiatan Idul Qurban, yang seyogianya menjadi ruang ibadah dan pembelajaran spiritual, justru berisiko menjadi ajang kelalaian sistemik jika tidak dikelola secara profesional. Pelibatan sembarang orang hanya karena “ada di tempat” atau “biasa membantu” tanpa pelatihan yang memadai, bisa mengorbankan keselamatan.

Salah satu ciri organisasi yang sehat adalah kemampuannya untuk belajar dari kejadian masa lalu. Konsep learning organization, seperti yang dikemukakan Peter Senge (2006), menekankan pentingnya refleksi kolektif dan perbaikan berkelanjutan.

Tragedi jagal yang menghadirkan korban menjadi momentum untuk memperbaiki sistem pengelolaan kegiatan sosial berbasis komunitas. Sertifikasi keahlian seperti juru sembelih, pelatihan keselamatan, serta prosedur mitigasi risiko seyogianya masuk dalam agenda panitia qurban di berbagai daerah.

Baca :  Meniti Karir: Merentangkan Sayap Menuju Langit

Profesionalisme adalah Ibadah

Jika suatu urusan diserahkan kepada ahlinya, maka hasilnya akan mudah terlihat, indah terasa, dan penuh keberkahan. Kabar yang penulis alami dari tragedi di KM 45 bukan sekadar kisah pilu, melainkan ibrah penting bagi siapa saja yang terlibat dalam aktivitas organisasi, baik di level desa, komunitas, maupun pemerintahan. Tragedi itu menyadarkan kita bahwa niat baik saja tidak cukup jika tidak disertai dengan keahlian dan penataan sistem yang bertanggung jawab.

Namun di sisi lain, video juru sembelih yang membuka tulisan ini menunjukkan antitesis dari peristiwa tragis tersebut. Sosok ustadz yang menjalankan tugas dengan tenang dan profesional menunjukkan bahwa keberhasilan bukanlah hal kebetulan—ia bisa dirancang, dipersiapkan, dan dicapai dengan sengaja. Video itu bukan sekadar tontonan, melainkan teladan: bahwa ibadah yang dikerjakan oleh ahlinya menghadirkan kesyahduan, kenyamanan, dan rasa aman bagi semua yang hadir.

Dengan demikian, kegagalan dan keberhasilan dalam setiap amal—baik infiradi (personal) maupun jama’i (kolektif)—adalah pilihan-pilihan sistemik yang kita jalankan secara sadar atau tidak. Manajemen sumber daya manusia adalah bagian dari ikhtiar sistemik yang tidak hanya berlaku di dunia industri, tetapi juga dalam ruang-ruang ibadah dan sosial.

Ketika kita abai terhadap prinsip MSDM dan sistem merit, maka kelalaian bisa menjadi sebab musibah. Sebaliknya, ketika kita menempatkan profesionalisme sebagai bagian dari ibadah, maka keselamatan dan keberkahan akan lebih mungkin diraih. Wallāhu a‘lam.

Visited 5 times, 5 visit(s) today
Avatar photo
Semua memulai dari diri, maka kenali, perhatikan dan awasi namun jangan lupa terimalah dan sayangi ia apa adanya. Seorang Ambivert yang berangkat dari Introvert, Pemerhati Pendidikan dan Minat pada HR Management

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *